Posted by : andry natanel

Definisi Pemberian obat secara Topikal
Pemberian obat secara topikal adalah pemberian obat secara lokal dengan cara mengoleskan obat pada permukaan kulit atau membran area mata, hidung, lubang telinga, vagina dan rectum. Obat yang biasa digunakan untuk pemberian obat topikal pada kulit adalah obat yang berbentuk krim, lotion, atau salep. Hal ini dilakukan dengan tujuan melakukan perawatan kulit atau luka, atau menurunkan gejala gangguan kulit yang terjadi (contoh : lotion).
Pemberian obat topikal pada kulit terbatas hanya pada obat-obat tertentu karena tidak banyak obat yang dapat menembus kulit yang utuh. Keberhasilan pengobatan topical pada kulit tergantung pada: umur, pemilihan agen topikal yang tepat, lokasi dan luas tubuh yang terkena atau yang sakit, stadium penyakit, konsentrasi bahan aktif dalam vehikulum, metode aplikasi, penentuan lama pemakaian obat, penetrasi obat topical pada kulit.

2.2    Anatomi Fisiologi Kulit
Kulit tersusun dari berbagai macam jaringan, termasuk pembuluh darah, kalenjar lemak, kalenjar keringat, organ pembuluh perasa dan urat saraf, jaringan pengikat, otot polos dan lemak.Luas permukaan kulit ± 18 kaki kuadrat dan beratnya tanpa lemak adalah ± 8 pond.
Kulit terdiri dari 3 lapisan yaitu :
1.         Epidermis : untuk mencegah atau menghambat kehilangan air dari badan.
2.         Dermis : bertanggung jawab dalam sifat-sifat penting dalam kulit.
3.         Jaringan subkutan berlemak : bekerja sebagai bantalan dan isolator panas.

Pada epidermis dibedakan atas lima lapisan kulit, yaitu :
a.                   Lapisan tanduk (stratum corneum)
Merupakan lapisan epidermis yang paling atas, dan menutupi semua lapisan epiderma lebih ke dalam. Lapisan tanduk terdiri atas beberapa lapis sel pipih, tidak memiliki inti, tidak mengalami proses metabolisme, tidak berwarna dan sangat sedikit mengandung air.
b.         Lapisan bening (stratum lucidum)
Disebut juga lapisan barrier, terletak tepat di bawah lapisan tanduk, dan dianggap sebagaipenyambung lapisan tanduk dengan lapisan berbutir.Lapisanbening terdiri dari protoplasma sel-sel jernih yang kecil-kecil, tipisdan bersifat translusen sehingga dapat dilewati sinar (tembuscahaya).
c.         Lapisan berbutir (stratum granulosum)
Tersusun oleh sel-sel keratinosit berbentuk kumparan yang mengandung butir-butir di dalam protoplasmanya, berbutir kasa dan berinti mengkerut.Lapisan ini tampak paling jelas pada kulit telapak tangan dan telapak kaki.
d.        Lapisan bertaju (stratum spinosum)
Disebut juga lapisan malphigi terdiri atas sel-sel yang saling berhubungan dengan perantaraanjembatan-jembatan protoplasma berbentuk kubus.
e.         Lapisan benih (stratum germinativum atau stratum basale)
Merupakan lapisan terbawah epidermis, dibentuk oleh satu baris sel toraks (silinder) dengan kedudukan tegak lurus terhadap permukaan dermis.
Klasifikasi Obat
2.4.1   Berdasarkan bentuk
1.         Lotion
Lotion ini mirip dengan shake lotion tapi lebih tebal dan cenderung lebih emollient di alam dibandingkan dengan shake lotion. Lotion biasanya terdiri dari minyak dicampur dengan air, dan tidak memiliki kandungan alkohol. Bisanya lotion akan cepat mengering jika mengandung alkohol yang tinggi.
2.         Shake lotion
Shake lotion merupakan campuran yang memisah menjadi dua atau tiga bagian apabila didiamkan dalam jangka waktu tertentu. Minyak sering dicampur dengan larutan berbasis air.Perlu dikocok terlebih dahulu sebelum digunakan.
3.         Cream/ Krim
Cream adalah campuran yang lebih tebal dari lotion dan akan mempertahankan bentuknya apabila dikeluarkan wadahnya. Cream biasanya digunakan untuk melembabkan kulit. Cream memiliki risiko yang signifikan karena dapat menyebabkan sensitifitas imunologi yang tinggi. Cream memiliki tingkat penerimaan yang tinggi oleh pasien. Cream memiliki variasi dalam bahan, komposisi, pH, dan toleransi antara merek generik.

4.         Salep
Salep adalah sebuah homogen kental, semi-padat, tebal, berminyak dengan viskositas tinggi, untuk aplikasi eksternal pada kulit atau selaput lendir.Salep digunakan sebagai pelembaban atau perlindungan, terapi, atau profilaksis sesuai dengan tingkat oklusi yang diinginkan.Salep digunakan pada kulit dan selaput lendir yang terdapat pada mata (salep mata), vagina, anus dan hidung.Salep biasanya sangat pelembab, dan baik untuk kulit kering selain itu juga memiliki risiko rendah sensitisasi akibat beberapa bahan minyak atau lemak.(Jean Smith, Joyce Young dan patricia carr, 2005 : 684)
a.     Pada Kulit
Obat yang biasa digunakan untuk pemberian obat topikal pada kulit adalah obat yang berbentuk krim, lotion, sprei atau salep. Hal ini dilakukan dengan tujuan melakukan perawatan kulit atau luka, atau menurunkan gejala gangguan kulit yang terjadi (contoh : lotion). Krim, dapat mengandung zat anti fungal (jamur), kortikosteorid, atau antibiotic yang dioleskan pada kulit dengan menggunakan kapas lidi steril.
Krim dengan antibiotic sering digunakan pada luka bakar atau ulkus dekubitus. Krim adalah produk berbasis air dengan efek mendinginkan dan emolien. Mereka mengandung bahan pengawet untuk mencegah pertumbuhan bakteri dan jamur, tetapi bahan pengawet tertentu dapat menyebabkan sensitisasi dan dermatitis kontak alergi.Krim kurang berminyak dibandingkan salep dan secara kosmetik lebih baik ditoleransi.
Sedangkan salep, dapat digunakan untuk melindungi kulit dari iritasi atau laserasi kulit akibat kelembaban kulit pada kasus inkontenansia urin atau fekal.  Salep tidak mengandung air, mereka adalah produk berbasis minyak yang dapat membentuk lapisan penutup diatas permukaan kulit yang membantu kulit untuk mempertahankan air. Salep nenghidrasi kulit yang kering dan bersisik serta meningkatkan penyerapan zat aktif, dan  karena itu berguna dalam kondisi kulit kering kronis. Salep tidak mengandung bahan pengawet.
Losion adalah suspensi berair yang dapat digunakan pada permukaan tubuh yang luas dan pada daerah berbulu.Losion memiliki efek mengeringkan dan mendinginkan.
Obat transdermal adalah obat yang dirancang untuk larut kedalam kulit untuk mendapatkan efek sistemik.Tersedia dalam bentuk lembaran.Lembaran obat tersebut dibuat dengan membran khusus yang membuat zat obat menyerap perlahan kedalam kulit. Lembaran ini juga dapat sekaligus mengontrol frekuensi penggunaan obat selama 24 ± 72 jam
Tujuan pemberian pada kulit, yaitu :
-  Untuk mempertahankan hidrasi
-  Melindungi permukaan kulit
-  Mengurangi iritasi kulit
-  Mengatasi infeksi

Tindakan
Alat &Bahan :
a.       Obat dalam tempatnya (seperti losion, krim, aerosal, sprei)
b.      Pinset anatomis
c.       Kain kasa
d.      Balutan
e.       Pengalas
f.       Air sabun, air hangat
g.      Sarung tangan
Prosedur Kerja :
1.      Cuci tangan
2.      Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
3.      Pasang pengalas dibawah daerah yang akan dilakukan tindakan
4.      Gunakan sarung tangan
5.      Bersihkan daerah yang akan diberi obat dengan air hangat (apabila terdapat kulit mengeras) dan gunakan pinset anatomis
6.      Berikan obat sesuai dengan indikasi dan cara pemakaian seperti mengoleskan atau mengompres
7.      Jika diperlukan, tutup dengan kain kasa atau balutan pada daerah diobati
8.      Cuci tangan

Gambar 1.1  contoh obat topikal yang digunakan pada kulit

b.    Pada Mata
Pemberian obat pada mata dilakukan dengan cara meneteskan obat mata atau mengoleskan salep mata. Persiapan pemeriksaan struktur internal mata dilakukan dengan cara mendilatasi pupil, untuk mengukur refraksi lensa dengan cara melemahkan otot lensa, kemudian dapat juga digunakan untuk menghilangkan iritasi mata
            Obat mata biasanya berbentuk cairan dan ointment/ obat salep mata yang dikemas dalam tabung kecil.Karena sifat selaput lendir dan jaringan mata yang lunak dan responsif terhadap obat, maka obat mata biasanya diramu dengan kakuatan yang rendah misalnya 2 %.

  Gambar 1.2  contoh obat topikal pada mata

Tindakan
Alat &Bahan :
a.       Obat dalam tempatnya dengan penetes steril atau beruupa salep
b.      Pipet
c.       Pinset anatomi dalam tempatnya
d.      Korentang dalam tempatnya
e.       Plester
f.       Kain kasa
g.      Kertas tisu
h.      Balutan
i.        Sarung tangan
j.        Air hangat atau kapas pelembab

Prosedur Kerja :
1.      Cuci tangan
2.      Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
3.      Atur posisi pasien dengan kepala menengadah, dengan posisi perawat di samping kanan
4.      Gunakan sarung tangan
5.      Bersihkan daerah kelopak dan bulu mata dengan kapas lembab dari sudut mata kearah hidung. Apabila sangat kotor basuh dengan air hangat
6.      Buka mata dengan menekan perlahan-lahan bagian bawah dengan ibu jari, jari telunjuk di ataas tulang orbita
7.      Teteskan obat mata diatas sakus konjungtiva . Setelah tetesan selesai sesuai dengan dosis, anjurkan pasien untuk menutup mata secara perlahan
8.       Apabila obat mata jenis salep, pegang aplikator salep diatas pinggir kelopak mata kemudian pijat tube sehingga obat keluar dan berikan obat pada kelopak mata bawah. Setelah selesai anjurkan pesian untuk melihat kebawah, secara  bergantian dan berikan obat pada kelopak  mata bagian atas dan biarkan pasien untuk memejamkan mata dan menggerakan kelopak mata
9.   Tutup mata dengan kasa bila perlu
10. Cuci tangan
11. Catat obat, jumlah, waktu dan tempat pemberian



c.  Pada Telinga
Pemberian obat pada telinga dilakukan dengan cara memberikan tetes telinga atau salep. Obat tetes telinga ini pada umumnya diberikan pada gangguan infeksi telinga, khususnya pada telinga tengah (otitis eksternal) dan dapat berupa obat antibiotik.
 Gambar 1.3  Obat topikal pada Telinga

Tindakan
Alat &Bahan :
a.       Obat dalam tempatnya
b.      Penetes
c.       Spekulum telinga
d.      Pinset anatomi dalam tempatnya
e.       Korentang dalam tempatnya
f.       Plester
g.      Kain kasa
h.      Kertas tisu
i.        Balutan
Prosedur Kerja :
1.      Cuci tangan
2.      Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
3.     Atur posisi pasien dengan kepala miring kekanan atau kekiri sesuai dengan daerah yang akan diobati, usahakan agar lubang telinga pasien diatas
4.      Luruskan lubang telinga dengan menarik daun telinga ke atas atau ke belakang (pada orang dewasa), kebawah pada anak-anak
5.  Apabila obat berupa tetes maka teteskan obat pada dinding saluran untuk mencegah terhalang oleh gelembung udara dengan jumlah tetesan sesuai dosis
6.     Apabila obat berupa salep maka ambil kapas lidih dan oleskan salep kemudian masukan atau oleskan pada liang telinga
7.      Pertahankan posisi kepala kurang lebih selama 2-3 menit
8.      Tutup telingan dengan pembalut dan plester jika diperlukan
9.      Cuci tangan
10.  Catat jumlah, tanggal dan dosis pemberian
d.    Pada Hidung
Pemberian obat pada hidung dilakukan dengan cara memberikan tetes hidung yang dapat dilakukan pada seseorang dengan keradangan hidung (rhinitis) atau nasofaring
            Efek samping sistemik hampir tidak ada, kecuali pada bayi/anak dan usia lanjut yang lebih peka terhadap efek sistemik. Namun ada efek samping lain akibat vasokonstriksi lokal secara cepat yaitu, jika pemberian obat tetes hidung ini dihentikan, dapat terjadi sumbatan hidung yang lebih berat. Sumbatan sekunder in dapat menyebabkan kerusakan jaringan setempat dan mengganggu bulu hidung.

Bentuk-bentuknya :
a.       Tetes hidung (nasal drops).ditujukan untuk bayi, anak-anak dan dewasa. contohnya Breathy, Alfrin, Iliadin, Otrivin.
b.      Semprot hidung (nasal spray).ditujukan untuk orang dewasa. contohnya Afrin, Iliadin, Otrivin.
c.       Semprot hidung dengan dosis terukur (metered-dose nasal spray), ditujukan untuk anak-anak usia tidak kurang dari 4 tahun dan dewasa. contohnya Beconase, Flixonase, Nasacort AQ, Nasonex, Rhinocort Aqua.


Gambar 1.4  Contoh obat topikal pada hidung


Tindakan
Alat &Bahan :
a.       Obat dalam tempatnya
b.      Pipet
c.       Spekulum hidung
d.      Pinset anatomi dalam tempatnya
e.       Korentang dalam tempatnya
f.       Plester
g.      Kain kasa
h.      Kertas tisu
i.        Balutan
Prosedur Kerja :
1.      Cuci tangan
2.      Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
3.      Atur posisi pasien dengan cara :
·         Duduk dikursi dengan kepala mengadah ke belakang
·         Berbaring dengan kepala ekstensi pada tepi tempat tidur
·         Berbaring dengan bantal dibawah bahu dan kepala tengadah ke belakang
4.      Berikan tetesan obat pada tiap lubang hidung (sesuai dengan dosis)
5.      Pertahankan posisi kepala tetap tengadah ke belakang selama 5 menit
6.      Cuci tangan
7.      Catat, cara, tanggal dan dosis pemberian obat

2.4.2   Berdasarkan Kegunaan
1.         Anti infeksi topikal
Contoh obat:
a.         Bactroban
b.        Cetricillin
BACTROBAN
Komposisi                   : Mupirocin  calcium
Indikasi                       : Terapi topikal infeksi sekunder pada lesi kulit traumatik.
Dianjurkan                  : Dewasa  & anak – anak Oleskan 3 X / hari selama 10 hari
Kontra Indikasi           : Hipersensitif terhadap mupirocin
:tidak untuk digunakan pada mata atau hidung. Hindari kontak mata. Gunakan dengan hati-hati jika ada gangguan ginjal.
Efek samping              : rasa panas, gatal, tersengat, eritema.

CETRICILLIN
Kosisi                            tiap gram cream mengandungcetrimide 5 mg ( 5% )dasar cream sampai1 gr
Indikasi                         antiseptik yang digunakan pada luka-luka ringan karena sengatan matahari.

Kontra indikasi           : Bagi penderita yang hipersensitif terhadap cetrimide
Cara pemakaian           : Ditempat yang sejuk dan terlindung dari cahaya
Kemasan                     : Tube @ 15 gr
Anti Jamur
Contoh obat :
Erphamazol cream

ERPHAMAZOL CREAM
Komposisi                   :setiap 5 gr erphamazol cream mengandung 1% klotrimasol
Indikasi                    :Cream ini sangat baik untuk pengobatan dermatofitosis atau penyakit
jamuryang disebabkan antara lain ioleh trichophyton, epidermophyton, microsporum, candida albicans malassezia furfur. Jadi sangat baik untuk:

1.      jamur pada kulit kepala (tineacapitis)
2.      jamur kuku (tinea unguium / onychomycosis)
3.      jamur pada lipatan-lipatan tubuh atau sela-sela jari (cutaneous candidiasis)
4.      panu (tinea versicolor) dan infeksi jamur lainnya (mis : tinea corporis, tinea cruris, dll)

Efek samping                 :bila digunakan konsentrasi besar akan menjadi iritasi dan rasa  terbakar pada kulit
Cara pemakaian            :oleskan erphamazol cream tipis-tipis pada bagian yang sakit 2-3x sehari, lamanya pengobatan berbeda-bada tergantung dari  jenis dan luasnya penyakit. Biasanya berkisar 1-2 minggu
Kemasan                        :tube @ 5 gr erphamazol cream simpanlah di tempat yang sejuk dan terlindung dari matahari

1.3 erphamazol cream adalah obat anti jamur dengan spectrum luas






b.      Canesten


1.4  canesten adalah obat yang digunakan untuk membunuh kuman jamur

Komposisi                   : clotrimazole
Indikasi                       :
Ø  Krim : dermatomikosis disebabkan oleh dermatofit ragi, jamur dan fungi lain, ptiriasis versikolor, eritrasma.
Ø  bubuk : kandididiasis krim candida albicans, pityriasi versicolor, tinea pedis, tinea cruris, tinea corporis.
Dianjurkan      :
Krim    : oleskan 2-3 x/hr.
Bubuk             : gunakan 1-2 x/hr
Kontra Indikasi           : hipersensitif terhadap klotrimazol.
Peringatan                   : hamil trisemester-1, laktasi.
Efek samping: eritema, rasa tersengat, kulit melepuh atau mangelupas, gatal, ultikaria, rasa terbakar dan iritasi kulit.

3.         Anti infeksi topical dengan kortikisteroid
Contoh Obat :
a.         Apolar-N
b.        Betason-N


APOLAR-N
Komposisi                     : pergram desolide 0,5 mg. Neomycin sulfat 5mg
Indikasi: dermatitis terinfeksi, dermatitis atopik, dermatitis seborok, pruritus pada anus dan vulva, autitis eksterna
Dianjurkan                    : oleskan 2-3 x/hr
Kontra Indikasi: herpes simpleks, cacar air, TBC kulit, penyakit kulit karena cipilis, dan ulkus kulit. Terapi untuk mata. Hipersensitifitas terhadap neomysin.
Peringatan                     : hindari pemakaian jangka lama pada permukaan kulit yang luas.

BETASON-N
Komposisi                       : beta methason, valerat 0,1%, neomysin sulfat 0,5%.
Indikasi                           : eksim pada bayi, dermatitis atopik, alergi pesoriasis, neuro dermatitis.
Dianjurkan                      : oleskan pda lesi 2 x/hr.
Peringatan                     : pemakaian jangka panjang atau untuk profillaksis, kambuh kembali jika dihentikan secara mendadak, hindari kontak dengan mata, kerusakan kulit berat.
Efek samping                : kulit kering, pruritus, iritasi, rasa nyeri atau terbakar sementara (ringan sampai sedang), perubahan atrofi lokal pada kulit, pemakaian jangka panjang dan intensif (hiperkoltisme), gatal, folikulitis, hipertrikosis, erupsi sperti agne.

4.         Kortikosteroid topikal
Contoh Obat :
a.         Advantan
b.        Apolar


ADVANTAN
Komposisi                   : methylprednisolone aceponate
Indikasi                         :Dermatitis atopik ( ekzema endogenus, neurodermatitis, neuradermatitis ), ekzema kontak, degeneratif, dishidrotik, vulgaris & ekzema pada anak.
Dianjurkan                    :oleskan 1x/hari. Lama terapi;dewasa<12 mingu, anak tdk>4 minggu.
Kontra indikasi             :TB atau sifilis pada kulit yang akan diobati, rosasea, dermatitis, perioral dan reaksi kulit pasca vaksinasi pada bagian kulit yang akan diobati. Hypesensitif pada methyprednisolone aceponate hamil laktasi.
Peringatan                     : penyakit kulit karena infeksi bakteri dan atau infeksi jamur. Bayi anak, pengunaan pada bagian tubuh luas, pengunaan jangka lama.
Efek samping              :gatal, rasa terbakar, eritema, vasikulasi, atrofi, streae, atau kondisi pada  kulit yang menyerupai acne.

APOLAR
Komposisi                   : desonide
Indikasi                         : dermatitis atopik dan kontak, eksema terutama pada anak psoriasis, dan pruritus pada anus dan vulva, eritema akibat terbakar sinar matahari dan dermatitis lainya.
Dianjurkan                  : 2-3x sehari.
Kontra indikasi             : herpes simplex, varisela, TBC kulit, dermatitis karena sipilis dan ulkus.
Peringatan                      : hindari pemakaian jangka panjang pada permukaan kulit yang luas.

2.5    Indikasi pengobatan secara topical

a.    Pada pasien dengan mata merah akibat iritasi ringan
b.    Pada pasien radang atau alergi mata.
c.    Infeksi saluran napas,
d.   Otitis media (radang rongga gendang telinga),
e.    infeksi kulit.

Kontra indikasi pengobatan secara topikal
a.    Pada penderita glaukoma atau penyakit mata lainnya yang hebat, bayi dan anak. Kecuali dalam pegawasan dan nasehat dokter.
b.    Hipersensitivitas.
c.    Diare, gangguan fungsi hati & ginjal.
d.   Pada pasien ulkus
e.    Individu yang atopi (hipersensitifitas atau alergi berdasarkan kecenderungan yang ditemurunkan).

Keuntungan pengobatan secara topical
Untuk efek lokal, mencegah first-pass effect serta meminimalkan efek samping sistemik. Untuk efek sistemik, menyerupai cara pemberian obat melalui intravena (zero-order)

Kerugian pengobatan secara topical
·         Secara kosmetik kurang menarik
·         Absorbsinya tidak menentu






{ 4 comments... read them below or Comment }

TERBARU :

BACA JUGA :

copyright2014/ Andry Natanel Tony. Powered by Blogger.

- Copyright © Mahasiswa Farmasi Bicara -Metrominimalist- Modified by ADMIN -