- Back to Home »
- farmasi »
- CAPTOPRIL
Posted by : andry natanel
Captopril
Komposisi:
Setiap
tablet mengandung kaptopril 12,5 mg.
Setiap
tablet mengandung kaptopril 25 mg.
Setiap
tablet mengandung kaptopril 50 mg.
Indikasi :
Untuk
hipertensi berat hingga sedang, kombinasi dengan tiazida memberikan efek
aditif, sedangkan kombinasi dengan beta bloker memberikan efek yang kurang
aditif. Untuk gagal
jantung yang tidak cukup responsif atau tidak dapat dikontrol dengan diuretik dan digitalis, dalam hal ini
pemberian kaptopril diberikan bersama diuretik dan digitalis.
Kontra Indikasi :
Penderita
yang hipersensitif terhadap kaptopril atau penghambat ACE lainnya (misalnya
pasien mengalami angioedema selama pengobatan dengan penghambat ACE lainnya).
Cara Kerja Obat :
Kaptopril
merupakan obat antihipertensi dan efekif dalam penanganan gagal jantung dengan
cara supresi sistem renin angiotensin aldosteron. Renin adalah enzim yang
dihasilkan ginjal dan bekerja pada globulin plasma untuk memproduksi
angiotensin
I yang besifat inaktif. "Angiotensin Converting Enzyme" (ACE), akan
merubah angiotensin I menjadi angiotensin Il yang besifat aktif dan merupakan
vasokonstriktor endogen serta dapat menstimulasi sintesa dan sekresi aldosteron
dalam korteks adrenal.
Peningkatan
sekresi aldosteron akan mengakibatkan ginjal meretensi natrium dan cairan, serta
meretensi kalium. Dalam kerjanya, kaptopril akan menghambat kerja ACE,
akibatnya pembentukan angiotensin ll terhambat, timbul vasodilatasi, penurunan
sekresi aldosteron sehingga ginjal
mensekresi
natrium dan cairan serta mensekresi kalium. Keadaan ini akan menyebabkan
penurunan tekanan darah dan mengurangi beban jantung, baik 'afterload' maupun
'pre-load', sehingga terjadi peningkatan kerja jantung. Vasodilatasi yang
timbul tidak menimbulkan reflek takikardia.
Dosis:
Kaptopril
harus diberikan 1 jam sebelum makan, dosisnya sangat tergantung dari kebutuhan
penderita (individual).
Dewasa:
Hipertensi, dosis awal: 12,5 mg tiga kali sehari. Bila setelah 2 minggu,
penurunan tekanan darah masih belum memuaskan maka dosis dapat ditingkatkan
menjadi 25 mg tiga kali sehari. Bila setelah 2 minggu lagi, tekanan darah masih
belum terkontrol sebaiknya ditambahkan obat diuretik golongan tiazida misal
hidroklorotiazida 25 mg setiap
hari.
Dosis
diuretik mungkin dapat ditingkatkan pada interval satu sampai dua minggu. Maksimum
dosis kaptopril untuk hipertensi sehari tidak boleh lebih dari 450 mg. Gagal
jantung 12,5- 25 mg tiga kali sehari; diberikan bersama diuretik dan digitalis,
dari awal terapi harus dilakukan pengawasan medik secara ketat. Untuk penderita
dengan gangguan fungsi ginjal dsiis perlu dikurangi disesuaikan dengan klirens
kreatinin penderita.
Peringatan dan
Perhatian:
Keamanan
penggunaan pada wanita hamil belum
terbukti, bila terjadi kehamilan selama pemakaian obat ini, maka pemberian obat
harus dihentikan dengan segera.
Harus
diberikan dengan hati-hati pada wanita
menyusui, pemberian ASI perlu dihentikan karena ditemukan kadar dalam ASI
lebih tinggi daripada kadar dalam darah ibu. Pemberian pada anak-anak masih belum diketahui
keamanannya, sehingga obat ini hanya diberikan bila tidak ada obat lain yang
efektif. Pemakaian pada lanjut usia
harus hati-hati karena sensitivitasnya terhadap efek hipotensif. Hati-hati pemberian pada penderita penyakit ginjal. Pengobatan agar
dihentikan bila terjadi gejala-gejala angiodema seperti bengkak mulut, mata,
bibir, lidah, laring juga sukar menelan, sukar bernafas dan serak.
Konsultasikan ke dokter bila menggunakan suplemen potassium, potassium sparing
diuretic dan garam-garam polassium.
Pemakaian
obat penghambat ACE pada kehamilan dapat menyebabkan gangguan/kelainan organ
pada fetus atau neonatus, bahkan dapat menyebabkan kematian fetus atau
neonatus. Pada kehamilan trimester ll
dan lll dapat menimbulkan gangguan
antara lain: hipotensi, hipoplasiatengkorak neonatus, anuria, gagal ginjal
reversible atau irreversible dan kematian. Juga dapat terjadi oligohidramnios,
deformasi kraniofasial, perkembangan paru hipoplasi, kelahiran prematur,
perkembangan retardasi-intrauteri, paten duktus arteriosus. Bayi dengan riwayat di mana selama di
dalam kandungan ibunya mendapat pengobatan penghambat ACE, harus diobservasi
intensif tentang kemungkinan terjadinya hipotensi, oligouria dan hiperkalemia.
Efek Samping:
Kaptopril
menimbulkan proteinuria lebih dari 1 g sehari pada 0,5% penderita dan pada 1,2%
penderita dengan penyakit ginjal. Dapat tejadi sindroma nefrotik serta membran
glomerulopati pada penderita hipertensi. Karena proteinuria umumnya terjadi
dalam waktu 8 bulan pengobatan maka penderita sebaiknya melakukan pemeriksaan
protein urin sebelum dan setiap bulan selama 8 bulan pertama
pengobatan.
Neutropenia/agranulositosis terjadi kira-kira 0,4 % penderita. Efek samping ini
terutama terjadi pada penderita dengan gangguan fungsi ginjal. Neutropenia ini
muncul dalam 1 - 3 bulan pengobatan, pengobatan agar dihentkan sebelum
penderita terkena penyakit infeksi. Pada penderita dengan resiko tinggi harus
dilakukan hitung leukosit sebelum pengobatan, setiap 2 minggu selama 3 bulan
pertama pengobatan dan secara periodik. Pada penderita yang mengalami
tanda-tanda infeksi akut (demam, faringitis) pemberian kaptopril harus segera
dihentikan karena merupakan petunjuk adanya neutropenia.
Hipotensi
dapat terjadi 1 - 1,5 jam setelah dosis pertama dan beberapa dosis berikutnya,
tapi biasanya tidak menimbulkan gejala atau hanya menimbulkan rasa pusing yang
ringan. Tetapi bila mengalami kehilangan cairan, misalnya akibat pemberian
diuretik, diet rendah garam, dialisis, muntah, diare, dehidrasi maka hipotensi
tersebut menjadi lebih berat. Maka pengobatan dengan kaptopril perlu dilakukan
pengawasan medik yang ketat, terutama pada penderita gagal jantung yang umumnya
mempunyai tensi yang nomal atau rendah. Hipotensi berat dapat diatasi dengan
infus garam faal atau dengan menurunkan dosis kaptopril atau diuretiknya.
Sering
terjadi ruam dan pruritus, kadang-kadang terjadi demam dan eosinofilia. Efek
tersebut biasanya ringan dan menghilang beberapa hari setelah dosis diturunkan.
Teriadi
perubahan rasa (taste alteration), yang biasanya terjadi dalam 3 bulan pertama
dan menghilang meskipun obat diteruskan.
Retensi
kalium ringan sering terjadi, terutama pada penderita gangguan ginjal, sehingga
perlu diuretik yang meretensi kalium seperti amilorida dan pemberiannya harus
dilakukan dengan hati-hati.
Interaksi Obat:
- Alkohol
- Obat anti inflamasi terutama
indometasin.
- Suplemen potassium atau obat
yang mengandung potassium.
- Obat-obat berefek hipotensi.